Laman

Jumat, 22 Maret 2013

Cincin Eyang Menyatukan Kami



Perjalanan ekspedisi PENTARA 1 LPM News FISIP UMJ menyisakan banyak tragedi dan peristiwa menakjubkan. Salah satunya adalah cerita-cerita luar biasa yang kami dapatkan dari sosok kakek yang memiliki segudang ilmu pengetahuan. Eyang Karno biasa kami memanggilnya.
Sepanjang ekspedisi,tak jarang kami melibatkan Eyang Karno dalam pencarian kami tentang berbagai informasi dan pengetahuan mengenai kebudayaan dan sejarah. Sesekali kami mengunjungi kediamannya,semata berguru pada sesepuh di kelurahan Serengan, kota Surakarta Solo tersebut.
Entah apa yang beliau rasakan atas kehadiran kami di kota Solo. Merepotkannya adalah hal yang selalu terbesit di benak kami. Namun sambutan hangat yang selalu kami terima.
Hari terakhir perjalanan  ekspedisi kami,Eyang Karno memberikan cendramata berupa koleksi cincin-cincinnya. Yang menurut pengakuannya, tak mudah cincin-cincin itu beliau dapatkan.
Selain memperindah jemari,cincin juga menandakan kedewasaan pada setiap orang yang memakainya. Namun setiap cincin memiliki makna yang berbeda-beda. Cincin yang di berikan Eyang Karno kepada kami memang menarik dan berbeda bentuk antara cincin untuk laki-laki dan perempuan. Merupakan kebanggaan bagi kami,menerima kenang-kenangan dari Eyang Karno. Padahal ilmu yang kami dapatkan dari beliau secara gratispun sudah banyak kami tampung.
Setelah tugas ekspedisi PENTARA 1 kami selesaikan,cincin darinya segera kami lingkarkan di jemari kami. Kata Eyang,hanya sekedar cincin sebagai kenang-kenangan. Tapi rasanya ini sebuah kehormatan bagi kami bisa menerima benda koleksinya.
Dengan bangga kami memakai cincin kenangan ini,lalu kami saling memamerkan satu sama lain,dan cincin ini mampu menciptakan canda tawa di antara kami. Seolah mampu memperkuat jalinan kekeluargaan teman-teman wartawan LPM news.
“Eyang Karno,terima kasih atas kenang-kenangannya,kami bangga mengenakannya. Cincin ini sebagai simbol bahwa Serengan kota Solo pernah menerima pijakkan kaki kami dengan keramah tamahan,sebagai ciri khasnya.”
(Ning Rahayu, Wartawan LPM FISIP UMJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar