Jika mencari ilmu adalah
kewajiban bagi setiap manusia, sehingga dalam tataran agama pun ia terhikumi
sebagai sesuatu yang wajib untuk dilakukan karena ia dasar dari segala-galanya,
maka tidak ada salahnya jika kita mengatakan bahwa dengan ilmu seseorang bisa
melakukan apa saja yang ia kehendaki terlepas apapun orientasinya, baik
menjurus ke hal yang positif maupun negatif. Akan halnya untuk membentuk suatu
peradaban yang siap memberikan pencerahan intelekual bagi seluruh umat manusia
secara umum dan diri kita sendiri secara khusus, semuanya tidak terlepas dari
belenggu ilmu pengetahuan sebagai tahap awalnya.
Namun untuk membentuk peradaban
seperti itu tidaklah mudah, butuh niat yang baik serta jerih payah yang keras untuk
mewujudkannya. Sama halnya dengan kita melihat kader-kader lembaga pers
mahasiswa (LPM) FISIP UMJ yang saat ini berusaha keras untuk mewujudkan hal itu
sesuai dengan apa yang mereka dapat dari konsep teoritis hingga dalam tataran
praksis mereka tidak kaku lagi untuk melakukannya.
Usaha dan jerih payah mereka
terlihat ketika beranjak ke kota Surakarta, Solo. Dan tidak salah jika kita
mengatakan bahwa setiap langkah yang menggiring mereka kesana dapat dikatakan
sebagi “jejak peradaban” dalam bingkai Ekspedisi Pena Nusantara yang menjadi
tema utamanya.
Dalam kegiatan yang diadakan di
kota Surakarta, Solo tersebut, khususnya di kelurahan Serengan , semuanya
tersusun dalam dua hal yang menjadi fokus kegiatan. Yaitu pertama melakukan
peliputan yang mencakup masalah kemiskinan, keagamaan, kebudayaan serta
pendidikan. Kedua mengadakan Bina Desa Jurnalis yang konsen Citizen Jurnalisme
sebagai upaya mengubah cara berfikir masyarakat setempat bahwa tidak mesti jika
kita berbicara tentang peliputan dan berita, maka semua yang wajib
mengerjakannya adalah wartawan yang memiliki kartu identitas yang lengkap saja.
Tetapi masyarakat pun bisa langsung melakukannya sendiri dengan modal
pengetahuan yang mereka dapat, baik itu melalui kegiatan-kegiatan seperti bina
Desa Jurnalis yang diadakan oleh kader-kader LPM dan lain sebagainya yang
tentunya fokus membahas persoalan tersebut.
Dan adalah kenyataan bahwa mereka
(seluruh kader LPM) berhasil melakukannya dengan baik. Ini tidak terlepas dari
niat yang tulus, Do’a serta usaha mereka dalam mewujudkan hal itu meskipun tak
bisa dipungkiri bahwa begitu banyak halang rintang yang berusaha menghambat
kegiatan mulia itu.
Jika kita sedikit saja mau
merenung, maka hal ini patut untuk dijadikan pembelajaran bagi sebagian dari
kita yang mungkin kerjanya hanya memiliki hobi menampung ilmu di perpustakaan
akal tanpa mau sedikit barbagi kepada orang lain melalui kegiatan-kegiatan,
diskusi dan lain sebagainya. Karena hal yang tak dapat disembunyikan bahwa saat
ini masih banyak dari kita yang hanya pandai dalam tataran wacana tetapi ketika
disuruh untuk berbuat sesuatu dalam konteks yang rill adanya, maka akibatnya
tidak sedikit juga dari kita yang kelabakan untuk melukukan hal tersebut hingga
sampai pada tahap kebingungan harus memulainya dari mana.
Perjalanan tim ekspedisi pena
nusantara kekota kota Surakarta, Solo, nyatanya mampu menggugurkan proposisi
diatas secara terang-terangan. Bahwa apa mereka dapat selama berkelut di
lembaga pers mahasiswa, kini dapat kita saksikan langsung dalam konteks yang
rill adanya. Meskipun sebelum memulai kegiatan ini masih banyak orang-orang
yang skeptis, apa mereka bisa melakukannya dengan baik atau bahkan sebaliknya.
Dan akhirnya semua keraguan itu
bisa terjawab dengan sendirinya., yang tentu dengan melihat langsung hasil yang
didapatkan selama melakukan ekspedisi di kota yang cukup terkenal dengan
sebutan kota budaya itu. Dan salah satu contoh yang nyata adalah apa sedang
anda baca sekarang ini.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar