Laman

Selasa, 24 Mei 2011

KAUM MUDA INDONESIA DAN PERANG PEMIKIRAN


KAUM MUDA INDONESIA DAN PERANG PEMIKIRAN

Indonesia adalah medan perang pemikiran bagi kaum muda. Perang pemikiran adalah kegiatan yang begitu hingar bingar, tak ubahnya kocokan antara konser musik rock Slank, penyesalan atas dosa dalam hati di depan udztad ketika ceramah,  serta demonstrasi anti KKN yang dibumbui dengan pekikan-pekikan turunkan saja pemimpin yang zhalim. Dosen dan guru besar serta senior kita yang idealis mengatakan kepada kita bahwa kekerasan yang penuh kekuatan akan melindungi pemerintah… Kalian tak perlu tahu banyak tentang bangsa dan negara, cukup serahkan seluruh hidup kalian, dengan perjuangan pemikiran dan tindakan kalian.
Dalam perang pemikiran tersebut tersirat pesan yang lebih dalam bagi para kaum muda bahwa pemberontakan sesungguhnya terletak dalam pengadopsian untuk berpikir bebas dan bertindak bebas dari kemunafikan, ketidakadilan, dan ketidakbenaran serta pasrah dan patuh kekuasaan dan kekuatan tuhan.
Tulisan ini adalah sebuah manual anti kesadaran naif dan mistis ala Paulo Preire yang berupaya mengajak kembali kaum muda khususnya mahasiswa agar mematuhi kaidah berpikir ilmiah dan kaidah ajaran agama. Keduanya bukanlah dua sesuatu yang saling menegasikan tetapi satu tidak dalam arti angka dan nomor, jauh tak berjarak dekat tapi tak bersentuhan. Pemikiran bebas membantu mengarahkan energi restorasi ajaran agama di tingkat dasar (aqidah). Berbeda dengan revolusi-revolusi kebudayaan lainnya yang menekankan individualisme dan kebebasan sebagai kunci perubahan sosial, revolusi pemikiran justru mendorong ketaatan kepada otoritas dan tradisi yang menunjung tinggi nilai kemanusiaan, serta kesadaran akan pengabdian kepada Tuhan, dengan cara menyadari posisi diri kita masing-masing dan menjaganya laksana seorang prajurit.

Pemikiran kritis, “memiliki nafas kemiliteran.“ Dengan menggambarkan peran-peran suami/ayah dan isteri/ibu (kaum tua), putri dan putra (kaum muda) ala Aristoteles kita dapat menganalogikannya seperti ini, “Untuk mencapai tujuan yang lebih besar, sang prajurit harus mematuhi perintah perwira atasannya, meski ia tidak tak setuju… Generasi ini berada dalam bahaya karena lupa bahwa kehidupan masih dalam kondisi perang… Ketika seorang prajurit memiliki komitmen untuk berperang, bersedia membuang hasrat pribadinya untuk meraih kemenangan, dan bersedia mematuhi pemimpin yang telah dipilih oleh Panglimanya, pasukan itu pasti akan menang.“
Dalam metafora ini, gerakan keluarga besar yang tumbuh seperti jamur dalam masyarakat yang bersekolah di rumah, peringkat peran-peran itu adalah sebagai berikut: Tuhan sebagai Panglima, suami,istri dan anak (mahluk) sebagai khalifah Tuhan di muka bumi sekaligus pemimpin . Ayah, sebagaimana disebut Aristoteles adalah panglima. Artinya,ia sebagai peindung, pengayom dan panutan. Istri, adalah partner sang ayah yang senantiasa berdialog dan berkonsultasi dan berkoordinasi dalam memecahkan masalah keluarga khususnya masalah anak. Sedang anak, disatu sisi adalah agent of presure atas kebijakan dari ayah dan ibu manakala kebijakan tersebut menyakiti atau membahayakan sang anak sementara disisi yang lain harus tunduk dan patuh kepada kedua orang tua sebelum akalnya baliq. Semangat kepasrahan ,kepatuhan, pengorbanan diri hingga penghancuran disatu sisi dan semangat kritis di sisi yang lain inilah yang kemudian mengilhami gerakan-gerakan muda progresif di semua negara, dari para pejuang muda agama hingga pemuda-pemudi nasionalis yang direkrut dan dijadikan senjata hidup bagi sistem perang pemikiran untuk menghegemoni dan mendominasi yang lain terlebih untuk melakukan gerakan restorasi dan revolusi sistem kearah yang lebih baik dan manusiawi.
Perbedaan sejarah antara Barat dan Muslim telah membuat kedua belah pihak berhadap-hadapan dalam “perang pemikiran”. Orang Barat sekuler memandang perang-perang berdasarkan agama sebagai sesuatu yang menyedihkan, sementara di negara-negara Muslim, perang agama justru menyatukan budaya, mengatasi segala perbedaan sekuler di antara orang-orang kini bersatu memasrahkan diri kepada Tuhan mereka.
Di kalangan gerakan kepemudaan yang lebih konstruktif, berbagai program layanan organisasi-organisasi aktivis atau program yang menjangkau masyarakat perkotaan dan pedesaan, nilai kepatuhan diletakkan di urutan kedua setelah pengembangan hati nurani, ajaran gotong royong, atau perjuangan untuk mencapai tujuan. Pertunjukan-pertunjukan musik rock dipotong dan dialihkan dalam irama yang lebih tenang, lebih dewasa, dengan mengajarkan bahwa perubahan sosial membutuhkan waktu dan kerja keras, bukan sekedar semangat gila—gilaan belaka.
Perang pemikiran sebagai sebuah tujuan yang dapat menyatukan kaum muda bersama ditukar dengan komitmen yang lebih bijak terhadap perdamaian. Para orang tua, pemimpin masyarakat, hingga dosen dan guru besar di kampus seharusnya berbagi tanggung jawab menghindarkan kaum muda dari komitmen robotik dan mengarahkan mereka ke kehidupan yang penuh pilihan-pilihan bermakna.


Kaum muda adalah bentuk kedinamisan dan berubah dari waktu ke waktu. Sejarah merupakan saksi bagi banyak perubahan masyarakat inteleqtual di dunia ini. Ada beberapa hal yang sama dari beberapa perubahan tersebut. Antara lain, perubahan pemikiran, sikap dan tindakan kaum muda bersifat revolusioner. Dalam pengertian terjadi perombakan yang mendasar dan menyeluruh dari kaum muda tersebut yang tercermin dalam dasar ideologi pemikiran mereka. Perubahan diatas juga, bukanlah perubahan yang sifatnya individual. Dalam pengertian bahwa perubahan itu tidaklah terjadi lewat perubahan dari individu ke individu, sehingga berubahnya individu-individu tersebut menyebabkan secara otomatis terjadi perubahan masyarakat secara umum. Sebagai contoh perubahan Rusia menjadi negara komunis, bukanlah diawali dari perubahan individu-individu masyarakat Rusia. Namun diawali oleh adanya ide komunis yang dianut oleh sekelompok orang (group of people) yang mengambil alih negara dan merubah masyarakatnya (secara paksa) agar sejalan dan mengikuti ide mereka (komunis). Ketika revolusi Bolsheviks mengambil alih kekuasaan tersebut, kelompok tersebut bukanlah mayoritas dan bukan pula mencerminkan pandangan mayoritas (mayority view). Demikian pula perubahan dari komunis ke kapitalis bukanlah berasal dari bawah (buttom up), tapi lebih bersifat dari atas (top down) dengan perestroika dan glasnot-nya.
Mirip dengan itu, Eropa tidak berubah dari masa kegelapan (the dark age) ke masa pencerahan dengan perubahan dari individu ke individu. Namun perubahan diawali dari munculnya sekelompok orang pemikir dan philosof yang tercerahkan. Mereka melakukan pertarungan atau perang pemikiran , mengkritik para bangsawan dan pendeta. Mereka juga secara instens menyadarkan masyarakat tentang kerusakan sistem teokrasi. Sampai kemudian pengaruh mereka berhasil menghantarkan mereka pada kekuasaan. Pertarungan pemikiran dan pengaruh tersebut terjadi terus menerus , sampai kemudian terjadi ‘gerakan massa’, seperti yang terjadi pada revolusi Perancis.
Demikian juga perubahan masyarakat yang terjadi di jazirah Arabia yang dipimpin oleh Rosulullah SAW. Muhammad SAW dibawah perintah wahyu, merubah masyarakat kesukuan (tribal society) menjadi masyarakat Islam. Dan kemudian menjadi kekuatan global dunia yang sangat dahsyat. Melihat persoalan yang dihadapi oleh Rosulullah merupakan problem sosial, maka sangatlah beralasan kalau perubahan yang dilakukan oleh Rosulullah juga adalah perubahan sosial yang mendasar dan menyeluruh bukan individual dan parsial. Lewat bimbingan wahyu Rosulullah melakukan perubahan secara menyeluruh dan mendasar (inqilabiyah) bukan individual dan parsial. Rosulullah juga bukan merubah individu masyarakat satu persatu, atau menunggu individu masyarakat Mekkah berubah dulu semua. Berdasarkan apa yang dilakukan oleh Rosullah, pandangan perubahan gradual dari individu, keluarga, masyarakat kemudian negara tidak terbukti sama sekali. Beliau memulai semua perjuangan itu dengan pertarungan atau perang pemikiran dengan kaum kafir Qurais.Rosulullah mengawali perubahan masyarakat dengan merubah keyakinan mendasar mereka (aqidah). Aqidah Islam ini kemudian menjadi dasar dari perubahan individu maupun masyarakat (spritual maupun politis). Rosulullah juga melakukan perubahan nilai-nilai dan hukum yang berlaku di Masyarakat secara menyeluruh. Perkara penting lain yang dilakukan oleh Rosulullah adalah merubah struktur pemerintahan pada waktu itu, menjadi pemerintahan dan bentuk negara yang didasarkan pada nilai-niai keislaman. Perubahan ini sangat penting karena negara dan pemerintahan adalah penguasa yang akan menerapkan seluruh hukum dan menjaga nilai-nilai yang berkembang di tengah masyarakat secara menyeluruh.
reformasi individual atau kolektif , parsial atau menyeluruh?
Dalam konteks Indonesia, perubahan yang menyeluruh tentunya menuntut aksi pemecahan yang menyeluruh juga, tidak bisa secara individual atau parsial. Melihat perubahan yang harus dilakukan oleh kaum muda yang progresif dan revolusioner adalah perubahan yang menyeluruh, aksi yang dilakukan juga tentunya bukanlah aksi individual. Dalam pengertian kaum muda intelqtual bukanlah menunggu perubahan individu seluruh masyarakat terlebih dahulu. Tidak ditemukan bukti sama sekali dalam percaturan sejarah bahwa kaum muda sebagai agent of change melakukan perubahan dari satu individu ke individu yang lain, sampai seluruh masyarakat pada waktunya sadar akan situasi dan kondisinya senhinggakesadaran yang semula masih dalam kesadaran mistis dan naif menjadi kesadaran kritis.
Ketika kaum muda mendapat tanggung jawab untuk menyebarluaskan pemikiran perubahan dan pembaharuan, saat itu pula masyarakat inteleqtual ini mengumpulkan orang-orang disekitarnya misalkan dikampus  yang memiliki visi dan misi yang diadopsinya.
Kita seharusnya memulai dakwah perubahan dan pembaharuan ini di dalam kampus khususnya bagi mahasiswa yang selama ini hanya beromantisme dengan hedonisme, tetapi kita juga harus mengingat bahwa jangan terlalu menunggu seluruh individu kampus untuk sehaluan dengan kita apalagi melakukan pemaksaan. Kejahatan terbesar umat manusia atas manusia yang lainnya adalah mengisolasi pemikiran manusia yang lain. Kita juga seharusnya mengajak orang-orang di luar kampus  untuk megadopsi pikiran perubahan dan pembaharuan kita, entah itu tukang parkir kampus hingga penjual sayur di pasar tradisional. Tetapi sekali lagi kita harus mengingat, arif dan bijak bahwa di balik apa yang kaum muda dari dahulu khutbahkan hingga hari ini tidak semua elemen masyarakat akan mengikuti dan mengadopsi prisip perubahan dan pembaharuan, sebab sudah merupakan hukum baku sejarah bahwa jika ada yang menghendaki revolusi, pasti ada pihak yang tidak menginginkannya dan dari segi kuantitas, kelompok pecinta dan penggerak perubahan dan pembaharuan selalu dari kaum muda minoritas.
Aktor ritual-sosial atau aktor ideologis-politik ?
Setiap perubahan pastilah memerlukan agen perubahan (chance agency). Perubahan yang bersifat menyeluruh mulai dari akar, landasan masyarakat dan pemerintahan, nilai-nilai dan sistem hukum, sampai instutusi negara dan pemerintahan, tentunya membutuhkan agen perubahan yang bersifat ideologis-politik. Agen ini bersifat ideologi karena dia melakukan perombakan terhadap seluruh tatanan nilai sampai aturan yang praktis di sebuah masyarakat. Bersifat politik karena perubahan ini dalam konteks perubahan pengaturan masyarakat secara menyeluruh yang membutuhkan kekuasaan oleh satu institusi negara. Karena itu dalam sejarah perubahan yang terjadi di Eropa dari teokrasi ke sekuler, di Rusia dari feodal ke komunis dilakukan oleh agen-agen perubahan yang bersifat ideologis-politis. Bukan kelompok-kelompok ritual- sosial.
Demikian pula yang dilakukan oleh Rosululah bersama sahabat-sahabatnya. Kelompok Rosulullah adalah kelompok yang bersifat ideologis-politik. Hal ini karena Rosulullah melakukan perubahan yang menyeluruh dan mendasar dari pandangan hidup, nilai-nilai masyarakat, aturan masyarakat, sampai institusi-institusi politik maupun sosial di masyarakat pada waktu itu. Dalam ilmu sosiologi apa yang dilakukan oleh Rosulullah ini sering disebut revolusi
Jadi, merubah masyarakat harus dimuali dengan perubahan paradiqma berpikir individu. Karena masyarakat adalah kumpulan individu. Masyarakat terdiri dari individu-individu yang diikat bersama oleh pemikiran umum tertentu yang ditegakkan dan disebarluaskan oleh negara. Kau muda intelqtual tidak melakukan perubahan dari individu ke individu, atau menunggu seluruh individu berubah terlebih dahulu, tapi kita melakukan perubahan pemikiran dan perasaan di tengah masyarakat yang kemudian ditegakkan dan dipelihara dengan kekuasaan sebagai penyambung lidah kepentingan masyarakat.
Revolusi mahasiswa
Saat ini dan sejarah perjalanan indonesia telah banyak diwarnai dengan gerakan mahasiswa yang sangat revolusioner saat itu dan dimasa sekarang, kita masih ingat dengan Budi Utomo pra-kemerdekaan, HMI pasca-kemerdekaan dan dimasa sekarang kita mengenal HMI sebagai gerakan mahasiswa yang memiliki kharismatik dan kekuatan untuk melakukan perubahan mendasar pada negara ini. Sehingga, saat ini kita pun akan melihat HMI diberbagai wilayah dengan SPIRIT keilmuan yang sama dan memiliki konsep perubahan Internal yang  kongkrit, keadaan ini pun tetap berlangsung dari tahun ketahun. Akankah HMI melakukan revolusi, menilik dari perjuangan yang selama ini diagung-agungkan? Revolusi seperti apakah yang akan dilakukan? Penulis sebagai kader HMI berharap ini dijawab bagi semua civitas HMI, yang merasa berjiwa revolusioner, yang merasa memiliki HMI, yang merasa telah ‘kuliah’ di HMI.
Oleh:Subiran (Mahasiswa Jurusan Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta, kader HI (Human Illumination) dan HMI Cab. Kolaka-Makassar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar